Makna Konotatif


Makna konotatif merupakan pemaknaan lanjutan dari pemaknaan sebelumnya yang bersifat denotatif.Teori sistem pemaknaan konotatif muncul pada masa posstrukturalis dengan tokohnya yang terkenal adalah Roland Barthes. Teori ini melanjutkan teori pemaknaan Saussure yang masih strukturalis. Dalam sistem pemaknaan strukturalis, makna tanda dibangun atas hubungan antara petanda dan penanda.Sistem pemaknaan strukturalis ditandai melalui relasi antar tanda-tanda yang saling berhubungan dan sesuai dengan strukturnya di dalam masyarakat dan dipahami secara universal. Dalam hal ini dapat dikatakan pemaknaan struktural merupakan pemaknaan literal sehingga dinamakan sebagai tanda denotatif.
Sistem pemaknaan posstrukturalis justru mendekonstruksi struktur-struktur yang sudah ada menjadi sistem pemaknaan-pemaknaan baru dan disampaikan melalui wacana-wacana. Sistem pemaknaan ini melihat bahwa pemaknaan tanda sebenarnya tidak hanya sebatas pada makna literal dari tanda yang ada, namun dibutuhkan operasi ideologis di dalamnya. Sistem pemaknaan ini disebut juga sebagai sistem tanda konotatif. Dalam sistem pemaknaan konotatif, tetap menggunakan skema hubungan antara penanda dan petanda, namun dalam hal ini tanda denotatif justru diposisikan sebagai penanda konotatif. Penanda konotatif merupakan makna awal yang masih berupa makna literal dan menjadi konvensi sehingga dapat secara eksplisit dipahami oleh pembaca tanda. Untuk menjadi sebuah tanda konotatif maka penanda konotatif memerlukan petanda konotatif berupa asosiasi, operasi ideologi atau imaji dari pribadi pembaca tanda mengenai tanda yang diinderanya.Sebagai contoh pemaknaan konotatif misalnya; ada sebuah gambar singa penanda awal. Dalam pemaknaan denotatif, singa dimaknai sebagai hewan buas yang banyak hidup di hutan-hutan Afrika. Ketika gambar singa tersebut saya tambahkan petanda khusus sesuai asosiasi atau imaji sebagai raja hutan atau simbol dari kekuasaan, maka akan terbangun pemaknaan baru di luar makna aslinya. Singa dalam hal ini menjadi objek yang merepresentasikan kekuatan dan kekuasaan, hal ini di luar makna harfiahnya sebagai hewan karnivora di hutan-hutan Afrika.
Sistem pemaknaan konotatif menurut Barthes, dapat dipahami juga sebagai mitos. Mitos terjadi jika pemaknaan tersebut dapat diterima sebagai sebuah makna utuh yang melekat kuat pada objek tanda hingga menjadi bagian dari budaya dalam lingkup tertentu. Bisa dikatakan mitos merupakan penggeneralisiran tanda konotatif dan berpotensi menjadi tanda denotatif jika terjadi sebuah konvensi dalam lingkup yang lebih luas.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seni Rupa Yunani Kuno dan Romawi Sebagai Penanda Kebangkitan Peradaban Seni Barat

Mengenal Semiotika