Semiotika Sebagai Pendekatan Teori dalam Mengkaji Tanda
Semiotika atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada
ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan
semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata
Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah
ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan
sebagainya. Semiotika dapat diartikan sebagai ilmu atau metode analisis
untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya
berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama
manusia (Alex Sobur, 2009: 15). Maka, semiotika adalah cara untuk
memaknai suatu tanda berdasarkan pemahaman diri terhadap tanda-tanda tertentu
ataupun kesepakatan yang ada di masyarakat. Dalam mengkaji tanda-tanda (the
study of signs), cara kerja ilmu semiotika mengacu pada cara pandang
masing-masing individu terhadap segala sesuatu di jagat ini. Kode-kode tersebut
merupakan entitas-entitas yang bebas ditafsirkan dan dimaknai.
terdapat dua macam ilmu semiotika yang
berkembang dan dibedakan berdasarkan bentuk serta metodenya, yaitu semiotika
pragmatis dan semiotika struktural.
semiotika pragmatis dipopulerkan oleh Charles
Sanders Pierce, dengan sistem pemaknaan berupa induktif, deduktif, dan
abduktif.
-Induktif merupakan suatu cara kerja berfikir
berdasarkan fakta-fakta yang telah tersusun. Contoh menyimpulkan
tesis/disertasi.
-Deduktif merupakan suatu cara kerja berfikir
berdasarkan pengalaman orang/individu. contoh (apel warna hijau kata orang
terasa asam berdasar pengalaman.
-Abduktif merupakan cara menyimpulkan dengan
perkiraan, berdasarkan tanda yang tertangkap panca indra.
Konsep pierce ini menimbulkan interpretasi
bedasarkan acuan kepada ikonis/kemiripan, indeks, simbolik. Konsep ini sangat
cocok diterapkan pada tanda-tanda yang bersifat konvensional atau pasti dan
dipahami kelompok masyarakat tertentu, contohnya berupa logo, simbol,
rambu-rambu, dll.
semiotika struktural diperkenalkan oleh
seorang ilmuwan berkebangsaan Swiss, Ferdinand de Saussure, lalu dikembangkan
oleh Roland Barthes sebagai semiotika poststruktural. Bagi Saussure, pemaknaan
suatu tanda dibangun oleh struktur sehingga muncul konsep tentang hubungan
tanda (sign), penanda (signifier) , dan petanda (signified).
petanda (signified) hanya merupakan
objek yang tidak mungkin bermakna tanpa konsep atau penanda khusus (signifier)
di dalamnya. hubungan keduanya menghasilkan sebuah makna konotasi dan konsep
utuh tentang sebuah tanda atau teks. Signifier merupakan konsep
mental dari sebuah tanda yang mampu diindera. Sebagai contoh, sebuah benda
padat dari alam bisa saya sebut sebagai "batu" tergantung dari
bagaimana benda tersebut diperkenalkan dan diucapkan oleh orang-orang sekitar
saya. Penyebutan "batu" merupakan penanda khusus yang diberikan
kepada sebuah benda yang mungkin awalnya tidak bermakna, lalu benda tersebut
pada akhirnya dipahami dan disepakati sebagai tanda (sign) sebagai batu.
Dalam konsep Barthes, lingkup pemaknaan tersebut dikembangakan lebih luas dan
bersifat asosiatif hingga pada tataran mitos. sebuah tanda awal dari proses di
atas bisa saja disebut sebagai tanda denotatif yang mampu dikembangkan lagi
maknanya menjadi konotatif melalui hubungan penanda dan petanda pada tataran
kedua. dinamika kebudayaan dan ilmu pengetahuan berperan penting dalam
sirkulasi makna denotatif dan konotatif sebuah teks. Sebuah objek batu (yang
telah kita bicarakan sebelumnya) bisa saja memiliki berbagai makna tambahan
yang ada di luar substansinya. Makna-makna tersebut dapat berupa penambahan
nilai secara ekonomis, latar belakang sejarah, mistik, atau hal-hal lain yang
lebih fungsional. Cara memaknai seperti itu sangat tergantung pada budaya,
pengalaman, tingkat pengetahuan dan kajian atau riset khusus dari sang penafsir
tanda. Sistem pemaknaan konotatif menurut Barthes, dipahami sebagai mitos.
Mitos terjadi jika pemaknaan tersebut dapat diterima sebagai sebuah makna utuh
yang melekat kuat pada objek tanda hingga menjadi bagian dari budaya dalam
lingkup tertentu. Bisa dikatakan mitos merupakan penggeneralisiran tanda
konotatif dan berpotensi menjadi tanda denotatif jika terjadi sebuah konvensi
dalam lingkup yang lebih luas.
Komentar
Posting Komentar