Sketsa Itu STNK


Sejak masa kanak-kanak, kita pasti sudah mengenal dan bahkan mampu membuat coret-coretan abstrak baik di dinding ataupun kertas-kertas yang mudah ditemui. Proses alami tersebut kemudian mengalami suatu tahapan dimana kita mulai diarahkan untuk membuat berbagai bentuk yang sebermula diperkenalkan melalui orang tua dan guru di Sekolah. Dari proses tersebut kita memahami bagaimana garis-garis yang dikombinasikan satu sama lain ternyata dapat membentuk suatu objek yang bebas. Objek kasar inilah yang disebut sebagai "sketsa", atau tahap awal dalam penciptaan karya baku. Sedikit me-rewind ke belakang, mata pelajaran yang sangat saya senangi ketika sekolah adalah pelajaran kesenian dengan tugas-tugas membuat prakarya. Prakarya merupakan karya kasar/awal sebelum karya sesungguhnya dibuat dan yang paling mudah dibuat adalah sketsa.
Sketsa merupakan "STNK" dari sebuah karya, ibarat sebuah kendaraan yang memerlukan STNK sebagai bukti sah kepemilikan kendaraan, namun STNK yang saya maksud adalah Surat Tanda Ngerjain Karya :D... Yang harus dipahami adalah bahwa kedudukan prakarya atau sketsa sama penting dan berharganya dengan sebuah karya karena tidak hanya sebagai bukti keabsahan, namun juga memiliki kemampuan "bercerita" kronologi dibuatnya sebuah karya. Itulah kenapa saat ini berbagai komunitas kesenian dan art galerry gencar mengadakan pameran prakarya dari karya-karya monumental yang pernah ada, sekalilgus mengkampanyekan pentingnya sebuah proses dalam berkarya seperti yang dilakukan oleh @GaleriKertas beberapa hari lalu.
Kata "sketsa" berasal dari "schedios" atau dalam bahasa Yunani berarti karya gambar yang dimaksudkan bukan sebagai akhir. Sketsa juga dipahami juga sebagai gambaran atau lukisan yang kasar, ringan, semata-mata garis besar atau belum selesai. Biasanya hanya digunakan sebagai pengingat saja, seringkali sketsa bersifat spontan. Tujuannya yaitu merekam sesuatu yang dilihat oleh seniman, merekam dan mengembangkan gagasan untuk dipakai kemudian, meminimalisir kesalahan atau berupa refleksi prinsip diri sang seniman. Sejak masa prasejarah (paleolithikum), menggambar adalah kebudayaan tertua manusia. Pada masa itu, sketsa digunakan sebagai media berkomunikasi sebelum ditemukan phonogram dan huruf. Pada dasarnya kedudukan sketsa tidak terbatas pada lingkup seni rupa, desain, dan arsitektur saja, melainkan juga banyak digunakan oleh kalangan seni petunjukan seperti teater, tari, musik, dll sebagai bagian dari proses perencanaan.
Melalui sketsa, kita dapat melatih sensitifitas dalam memandang suatu wacana di lingkungan sehingga dapat mengembangkan ide dan gagasan melalui imajinasi-imajinasi yang tidak terbatas. Hal ini karena saat proses coret-coret, terjadi kolaborasi antara pengamatan, keterampilan tangan, dan imajinasi yang seringkali muncul. Kesimpulannya, sketsa merupakan bentuk dasar sederhana, ringan atau bentuk mentah dari sebuah karya lukis yang akan dibuat. Meskipun berupa coretan kasar yang sederhana, visual sketsa telah memiliki nilai-nilai baik berupa makna informatif, kontekstual, historis hingga ideologis dari sang seniman.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seni Rupa Yunani Kuno dan Romawi Sebagai Penanda Kebangkitan Peradaban Seni Barat

Makna Konotatif

Mengenal Semiotika